Be Smart !



Share
Be smart
Cerdas? Nggak semua orang bakal bisa. Pikirmu, cuma orang-orang
jenius aja yang rajin ngonsumsi AA dan DHA plus probiotik bakal sanggup naik jadi selevel mereka. Itupun terjadi kalo otak kita mau di tune up sama Pentium 9. Wet! Ibarat mobil Ferrari F2004 mereka melesat. Sedang kita juauh ketinggalan di belakang. Bak bajaj bajuri yang ikut lomba formula 1. Nggak matching lagi!!.

Cerdas? Itu satu menu yang anggun buat diucapin. Tapi susah untuk dimasak di dapur otak kita. Nggak percaya?? Selama hayat dikandung badan dan berbalut baju seragam sekolah atau meski udah kuliah, kita hanya faham kalo yang namanya cerdas adalah temen-temen kita yang berotak Einstein dan berdoku Bill Gates. Jago banget kalo tandang buat ngatasi semua pelajaran. Matematika? Itu soal kecil..Fisika? Selesai cuma dengan jentikan jari. UTS plus UAS? Nggak perlu belajar lagi..(Nyontek kali!!??). Pokoknya semua mata pelajaran berbumbu apapun mulai dari yang rasa barbeque hingga ayam goreng mampu mereka lahap. Ye..kertas koq dilahap!!

Cerdas? Itu satu kata yang nggak ada ujungnya. Bila ada orang yang merasa paling pinter. E..e ternyata ada lagi yang pinternya lebih edan-edanan. Nggak ada juntrungannya. Kita nggak sadar kalo yang namanya cerdas itu nggak cuma ada pas kita berada di bangku sekolah. Mberesin semua mata pelajaran yang susah-susah. Tapi kikuk dan jadi linglung kalo ngomong soal gimana caranya wudhu. Wah, nggak lucu men. Kita jadi jempolan pada saat jadi ketua OSIS atau BEM dan sukses besar ngadakan Open Air. Tapi kita jadi jari kelingking kaki saat ada saudara muslim kita di Palestina yang lagi kesusahan. Kita mampu bikin orang lain seneng dan sumringah ketika nyanyi lagunya Peterpan "Aku dan Bintang". Tapi kita bikin Allah geram dengan tingkah polah kita yang akrab dengan julukan Raja sawer dan gaul bebas. Kita mampu buat guru-guru dan dosen geleng-geleng kepala dan tersenyum bahagia saat nilai rapor dan KHS kita penuh dengan poin sepuluh alias A. Tapi kita membuat Qur'an sebagai bahan ejekan saat sobat kita yang lain lagi berjuang negakkan syariah Islam. Sebel nggak sih??

Cerdas? Nggak semudah yang diharapkan. Tapi nggak sesulit yang dibayangkan. Orang yang cerdas itu orang yang ngerti sama keadaan sekitar. Dia nggak akan tutup mata. Soalnya, dia paham kalo dia merem sekejap saja, kesempatan emasnya bakal hilang. Dan itu nggak akan muncul yang kedua kalinya. Dia ngerti setiap waktu adalah peluang yang kudu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Waktu nggak akan muncul lagi for twice. Apalagi mati nggak mandang tempat dan umur. Apapun momen yang ada, nggak akan dia sia-siakan. Belajar? Nggak pandang waktu dan tempat. Asal belajar yang bener dan halal. Eit..juga jangan lupa doanya lho! Nggak mbatasi belajar pelajaran umum atau belajar tentang Islam. Study club? Kesempatan bagus buat nambah ilmu dan teman. Kajian keislaman? Momen pas untuk jalin ukhuwah dan wawasan. Top di sekolah top di agama.

Cerdas? Kuncinya cuma dua. Kalo ada peluang kita mau usaha. Nah, kalo nggak ada peluang, maka kita yang kudu bikin supaya peluang itu jadi ada. Jadi usaha kita nggak sia-sia. Usaha kita nggak ngawur. Dan usaha kita punya tujuan yang jelas. Itu yang udah dicontohkan oleh Rasul dan para sahabat. Mereka mampu bikin peluang sehingga usaha dakwah mereka pun berhasil. Dakwah mereka ngalir sampe jauh ke negeri kita. Coba kalo mereka dulu nggak usaha, kita masih bakal pake koteka dan nyembah berhala. Kita pun juga bisa seperti rasul dan sahabat beliau. Merekalah orang-orang yang bener-bener cerdas, yang patut ditiru. Oce deh.. (pengen nambah info?? Klik aja www.islamuda.com)

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, hingga mereka (kaum itu) merubah keadaannya sendiri." (TQS. Ar Ra'du: 11)

Be Carefull Ukhti....



Share
Be Carefull Ukhti....

Ukhti..., renungkanlah!

Saudariku muslimah, salah seorang darimu pernah berkisah, simaklah mudah-mudahan engkau bisa mengambil faedah.

"Mulanya hanyalah perkenalan dan percakapan biasa lewat telepon. Seiring waktu berkembanglah pembicaraan sampai pada kisah cinta dan seluk-beluknya. Dia pun kemudian mengungkapkan cintanya dan berjanji akan meminang saya. Dia meminta agar bisa melihat wajah saya, terang saya menolaknya. Dia mengancam akan memutuskan hubungan. Akupun menyerah. Kukirimkan fotoku serta surat-surat yang begitu manis penuh rayu. Surat menyurat pun berlangsung selalu. Sampai akhirnya dia meminta untuk berjumpa dan jalan berdua dengannya. Aku menolak dengan keras. Tapi dia mengancam akan menyebarluaskan foto-foto saya serta surat-surat saya dan suara saya yang direkamnya ketika kami bercakap-cakap lewat telepon.

Akhirnya akupun keluar pergi bersamanya dengan tekad agar bisa pulang segera secepatnya. Ya, akupun pulang akan tetapi dengan mambawa aib dan kehinaan. Ku katakan padanya: Nikahilah aku! Sungguh ini adalah aib bagiku. Maka dia menjawab
dengan segenap penghinaan, ejekan dan mentertawakan: "Sesungguhnya aku tidak akan menikahi wanita pezina.

Saudariku yang mulia, jika engkau memang memiliki akal untuk berfikir maka dengarkanlah nasehat berikut ini:

Janganlah engkau percaya bahwa pernikahan akan mungkin terlaksana hanya karena perkenalan dan percakapan iseng lewat telepon. Kalaupun memang ini terjadi maka akan mengalami kegagalan, kegalauan dan penyesalan.

Janganlah engkau percayai seorang pemuda ketika dia mulai menampakkan kejujuran dan keikhlasannya dan menyatakan sangat menghargai dan menjunjung tinggi kehormatanmu tapi dia mengkhianati keluargamu dengan meneleponmu dan mengajakmu jalan bersama. Jangan kamu percayai dia ketika dia mulai
menyatakan cinta dan berlemah lembut dalam pembicaraannya. Sungguh dia melakukan semua itu dengan tujuan-tujuan busuknya yang tampak jelas bagi orang yang berakal. Akankah dia benar-benar menjunjung tinggi kehormatanmu sementara dia mengajakmu berjumpa dan jalan bersama padahal engkau belum
halal baginya?

Janganlah engkau percayai para penyeru emansipasi yang mengharuskan adanya cinta (pacaran) sebelum pernikahan.

Ketahuilah bahwa cinta yang hakiki adalah setelah menikah. Adapun selain itu, umumnya adalah cinta yang penuh kepalsuan. Cinta yang dibangun di atas dusta dan kebohongan, semata-mata untuk bersenang-senang memuaskan hawa nafsu yang tak lama kemudian akan tampaklah kenyataan yang sesungguhnya. Berapa banyak keluarga yang hancur berantakan padahal mereka telah
berpacaran sebelum akad pernikahan dan berjanji akan setia berkasih sayang sepanjang jaman? Bahkan berapa banyak pula pasangan yang berantakan sebelum sampai pada pelaminan dibarengi hilangnya kehormatan yang dibanggakan?

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Nabi SAW bersabda: "Pada suatu malam aku bermimpi didatangi dua orang. Keduanya berkata kepadaku, Pergilah! -kemudian beliau menyebutkan haditsnya sampai pada sabdanya SAW -: "Kemudian kami mendatangi bangunan seperti tanur yang di dalamnya terdengar suara gaduh memekik. Kamipun melongoknya. Ternyata di dalamnya terdapat pria dan wanita telanjang yang disambar oleh lidah api dari bawah mereka. Ketika lidah api itu mengenai mereka, merekapun memekik kepanasan dan kesakitan. Ketika Nabi SAW menanyakan hal tersebut kepada malaikat, mereka menjawab: "Adapun pria dan wanita yang ada di tanur tersebut mereka adalah laki-laki dan wanita pezina. Maka apakah engkau ingin menjadi bagian dari mereka wahai saudariku muslimah?

Jauhilah bercakap-cakap tanpa keperluan di telepon karena sesungguhnya Allah merekamnya demikian juga syaithan dari jenis manusia pun merekamnya. Mereka para petualang cinta akan menggunakannya sebagai alat untuk mengintimidasi kalian agar kalian mau mendengar mereka dan mentaati mereka. Qiyaskan juga ke dalamnya chating yang tiada guna dan hanya membuang waktu semata.

Hati-hatilah, janganlah engkau foto dirimu kecuali karena suatu hajat dan janganlah terlalu mudah engkau sebarluaskan fotomu dengan segala bentuknya karena hal tersebut merupakan senjata yang paling berbahaya yang digunakan oleh serigala manusia sebagai alat untuk mengancam dan mengintimidasi kalian.

Jauhilah olehmu untuk menulis surat-surat cinta karena hal itu juga
merupakan sarana yang digunakan oleh mereka.

Hindarilah majalah-majalah dan kisah-kisah cinta yang rendah, hina penuh aib dan cela. Sungguh di dalamnya terdapat racun yang membinasakan yang tersembunyi di balik indahnya halaman yang warna-warni serta kertas yang halus mengkilap dan wangi.

Jauhilah menonton sinetron-sinetron dan film-film yang hina, yang hanya menonjolkan kemewahan serta gemerlapnya dunia, menyajikan kisah cinta dengan akting yang justru merendahkan martabat wanita. Jauhilah semua itu karena hanya akan merusak akhlak, kehormatan, serta rasa malumu.

Hati-hatilah, janganlah engkau pamerkan auratmu dan janganlah engkau terlalu sering ke luar rumah dan ke pasar-pasar tanpa ada keperluan mendesak yang menuntut untuk itu. Sungguh hal itu hanya akan menjerumuskanmu ke dalam murka Rabbmu.

Janganlah engkau pergi berduaan dengan sopir pribadimu, sungguh ini merupakan khalwat yang terlarang. Janganlah sekali-kali engkau membela diri dengan beralasan bahwa ini darurat. Bertakwalah, karena barang siapa yang bertakwa kepada Allah, akan dijadikan baginya jalan keluar dari segala permasalahannya.

Hati-hatilah engkau wahai saudariku dari teman yang jelek. Cari dan bergaullah dengan temanmu yang shalihah yang akan membimbingmu kepada keridlaan Rabbmu dan senantiasa mengingatkamu agar tidak terjatuh pada perkara yang akan mendatangkan murka Rabbmu.

Saudariku yang mulia,

Hati-hatilah dari segala kemaksiatan dan dosa karena hal tersebut merupakan sebab hilangnya nikmat, mendatangkan musibah, dan merupakan sebab datangnya kesengsaraan serta adzab yang membinasakan.

Persiapkanlah dirimu untuk menghadapi malaikat maut dengan banyak bertaubat dan beramal shalih, sungguh engkau tidak tahu kapan giliranmu akan tiba.

Saudariku,

Setelah engkau baca nasihat di atas maka ketahuilah bahwa pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja yang benar-benar ingin bertaubat. Allah berfirman: "Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas akan dirinya (berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesunggunya Allah mengampuni dosa seluruhnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar : 53)

Maka apabila engkau wahai saudariku telah tenggelam dalam suatu kemaksiatan dan dosa, segeralah bertaubat dengan taubatan nashuha sebelum pintu taubat tertutup dan sebelum tubuhmu ditimbun di dalam tanah. Dan pada saat itu tidaklah lagi berguna penyesalan.

Semoga Allah membangunkan kita dari kelalaian yang ada dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, menerima taubat kita, melindungi kita dari adzab qubur dan adzab neraka, serta memasukkan kita ke dalam surga Firdaus Al-A'la.

Shalawat serta salam senantisa tercurah kepada Nabi kita.

(Diterjemahkan dari www.alsalafiyat.com dengan perubahan dan tambahan)

dipuTips: Cantik Luar Dalam, Why Not??

Kita semua setuju kalau kecantikan memang suatu hal yang diidamkan oleh setiap perempuan. Demi mencapai kecantikan, banyak perempuan yang rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit buat membeli berbagai sarana untuk bersoleh. Kemudian perempuan pun sibuk melukisi wajahnya dengan alat-alat kosmetik, berusaha menutupi cacat yang ada pada dirinya, yang telah membuatnya merasa tidak cantik. Mereka seolah yakin bahwa dengan kosmetiklah kecantikan akan diperoleh.

Apakah memang seperti itu yang namanya cantik? Kalau jawabannya iya, berarti kamu sudah keliru. Kecantikan yang diperoleh dengan bersolek, apalagi secara berlebihan, hanyalah kecantikan semu. Kenapa? Karena selain tidak sesuai dengan aturan Islam, kecantikan model begini juga mudah lenyap. Bukankah ketika kamu membersihkan make up dari wajahmu, maka dalam sekejap kamu pun akan kehilangan kecantikan itu?

Sebenarnya daripa bersolek, ada satu hal yang lebih urgen untuk kita perhatikan, yaitu tentang kesehatan. Lho, kenapa jadi kesehatan? Soalnya buat apa punya tubuh cantik kalau tidak sehat? Meski sudah bersoleh selangit, semua itu tidak ada artinya kalau tidak sehat. Selain itu, tanpa factor kesehatan kita jadi tidak bisa melakukan berbagai aktivitas dengan baik. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga, memelihara dan melestarikan kesehatan yang merupakan nikmat Allah ini. Supaya bisa mendapatkan tubuh yang sehat, kamu perlu ikuti kiat-kiatnya.

Jaga Kebersihan
Bicara soal sehat, tak akan lepas dari namanya kebersihan. Itulah makanya kebersihan menjadi pangkal kesehatan. Kebersihan juga sebagian dari iman. Artinya, ketinggian iman seseorang dapat dilihat dari kebersihan dirinya, baik badan, pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal, ataupun lingkungannya.

Sebagai remaja puteri, kebersihan harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dirimu. Jangan pernah merasa betah dengan lingkungan yang jorok dan kotor. Biasakanlah untuk membersihkan kamar tidurmu setiap hari. Kita memang seringkali didatangi penyakit malas untuk bersih-bersih kamar. Sehingga kamar kita pun jadi tak karuan bentuknya. Kertas-kertas bekas belajar, debu yang sudah seminggu tak dilap, bisa jadi menghiasi istana kita.

Keadaan seperti ini bisa semakin menjadi kalau jarang ada orang lain yang masuk ke kamar kita. Toh, nggak terlihat ini. Gimana mau hidup sehat kalau kondisinya seperti itu? Padahal Rasulullah berkata "Sesungguhnya Allah itu indah dan suka keindahan. Dia bersih dan suka akan kebersihan. Dia Pemurah dan suka kedermawanan. Karena itu bersihkanlah pekaranganmu dan janganlah kamu serupa dengan orang Israel yang membiarkan sampah kotoran bertumpuk-tumpuk di dalam rumahnya" (HR. Bukhori)

Selain kebersihan lingkungan, kebersihan diri juga harus lebih diperhatikan. Wajah boleh cantik, tapi kalau badan kita tidak bersih, kayaknya kecantikan pun jadi tidak ada apa-apanya. Siapapun tak akan merasa nyaman kalau dekat-dekat dengan orang yang punya masalah dengan kebersihan diri, bau badan misalnya. Untuk menghindari masalah BB ini, kamu bisa coba mengatasinya dengan tidak banyak memakan makanan yang berlemak dan terlalu pedas. Lalu gunakanlah selalu pakaian yang bersih dan telah distrika. Jangan bertahan dengan pakaian sudah layak cuci, karena itu yang akan mengandung datangnya BB.

Olah Raga Teratur
Olah raga merupakan aktivitas yang sangat berguna tapi sering dianggap sepele. Bagi anak puteri, banyak alasan yang membuatnya malas untuk olahraga. Tak ada waktulah, ribet dengan jilbab yang dikenakanlah, dan sejuta alasan lain. Padahal kegiatan olahraga kalau dilakukan dengan rutin, akan membuat otot-otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, aliran darah menjadi lebih lancar, sehingga fungsi organ-organ tubuh pun menjadi lebih lancar.

Untuk menjaga kesehatan, kamu tidak perlu olah raga khusus seperti tennis, atau renang. Kamu bisa melakukannya sendiri di dalam rumah atau di halaman belakang rumah yang terhalang dari pandangan orang asing. Bahkan kamu juga bisa memulai aktifitas ini sejak bangun tidur.

Setelah berdoa kamu bisa melakukan sit up beberapa kali untuk melatih otot perut, punggung dan kaki. Ketika mau mandi, kamu bisa melakukan gerakan memutar persendian lengan, membungkuk, dan mengangkat kaki satu persatu dengan membuat siku pada lutut. Gerakan-gerakan seperti ini, menurut para ahli, berguna untuk melenturkan otot-otot tubuh dan melancarkan peredaran darah, sehingga tubuh menjadi segar dan tak mudah lelah.
Satu bentuk olah raga yang murah dan bermanfaat adalah jalan kaki. Terutama di pagi hari, maka alangkah baiknya kalau kamu lebih memilih berjalan kaki di pagi hari daripada naik angkot untuk mencapai lokasi yang memungkinkan. Selain menghemat ongkos kamu juga akan punya keuntungan lain, yaitu badan yang sehat. Karena udara yang sehat di pagi hari adalah makanan utama bagi jantung kita.

Jaga Makanan dan Istirahat
Yang paling utama harus kamu perhatikan dalam makanan tentu saja kehalalanya. Setelah itu, jenis dan bahan makanan pun tidak boleh asal masuk. Harus diperhatikan juga kebersihan dan gizinya. Kalau itu sudah terpenuhi, pola makanan tidak bisa diangap sepele. Kita harus menghindarkan dari makan dan minum secara berlebihan, makan kekenyangan bisa menyebabkan perut merasa tidak enak, cepat ngantuk, badan pun menjadi lemah. Dalam jangka panjang, pola makan yang berlebihan bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti jantung, liver, ginjal dan kekakuan pembuluh darah. Oleh karena itu, makanlah secara wajar dan seimbang.

Selain makan, tubuh kita juga punya hak untuk istirahat. Jangan sampai tubuhmu diforsir terus-terusan seharian tanpa istirahat. Itu mendzolimi diri sendiri namanya. Istirahat itu penting. Kurang istirahat dapat menyebabkan tubuhmu menjadi lemah, kepala pening, otak tak dapat bekerja secara optimal sehingga kecerdasan menurun, dan pikiran pun menjadi tak tenang. Istirahat yang kita lakukan berfungsi untuk melepas lelah bagi otot dan sel syaraf yang telah bekerja sepanjang waktu. Kelelahan itu akibat tertimbunnya asam laktat dalam tubuh sebagai hasil pembakaran zat makanan(glukosa) secara anaerob (tanpa oksigen). Dengan istirahat, asam laktat yang tertimbun itu, sedikit demi sedikit dihilangkan dengan proses biokimia tertentu.

Bentuk istirahat bisa macam-macam, salah satunya dengan tidur, seperti firman Allah "Dan telah Kami jadikan tidur kamu untuk beristirahat (An-Naba 9). Hanya saja tidur pun ada aturannya, baik waktu maupun caranya. Rasulullah mengajarkan agar kita tidak tidur terlalu larut. Menurut kedokteran, sebaiknya kita tidur selama 6 jam selama satu hari, dengan minimal 4 jam di malam hari. Jangan lupa juga menyempatkan diri untuk sholat malam, karena aktifitas ini walau melelahkan tapi bisa meriangkan tubuh kita. Lalu ada juga beberapa kebiasaan buruk ketika tidur yang harus ditinggalkan. Tidur dengan bantal yang terlalu tinggi, menyebabkan peredaran darah di otak jadi terganggu. Sikap telungkup waktu tidur bisa berakibat buruk pada system pernafasan, dan membuat wajah menjadi suram. Nah, dengan pola hidup yang sehat, makanan bergizi, dan istirahat yang cukup, Insya Allah disitulah pangkal lahirnya kecantikanmu.

Berpuasa
Membiasakan diri melakukan puasa sunnah, selain dapat mendekatkan diri pada Allah, juga bisa membuat sehat tubuh kita. Dengan aktifitas puasa, kita akan mengendalikan syahwat perut berupa lapar dan haus, juga syahwat lainnya. Selama berpuasa, energi yang dipakai diperoleh dari simpanan lemak dalam tubuh, sehingga jaringan lemak semakin berkurang dan ini mengurangi kegemukan akibat penebalan saluran darah karena lemak. Keadaan ini secara tak langsung dapat juga mengurangi penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Jika kamu sudah terbiasa dengan berpuasa, maka kebutuhan energi basal akan menurun, sehingga tenaga yang dipergunakan akan lebih efektif dan efisien. Lebih dari itu Allah juga berfirman "Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui (Al Baqaroh 184)

Kesehatan Akal dan Hati
Semua yang diutarakan diatas berkenaan dengan kesehatan jasmani. Padahal kesehatan akal dan hati pun tak bisa dianggap sepele. Agar memiliki akal yang sehat, hal utama yang harus kamu lakukan adalah menjadikan akalmu berlandaskan hanya kepada Islam. Caranya, kamu harus banyak menyerap informasi yang datangnya dari Islam, bukan hanya gossip seputar artis dan film saja. Untuk itu, harus ada kemauan yang kuat pada dirimu untuk menuntut ilmu agama, selain ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah-sekolah. Maka, jangan sungkan-sungkan untuk memenuhi undangan teman yang mengajakmu mengkaji ilmu agama secara intensif. Kalau kamu sudah banyak mendapat tsaqofah agama, jangan lupa bahwa itu semua bukan Cuma untuk dihafal, tapi untuk diamalkan. Jadikan segala aktifitasmu pun bersumber dari akal sehatmu tadi. Kalau sudah begitu, baru kamu bisa disebut muslimah yang punya kepribadian.
Meski badan dan akal kita sehat, semua itu tak ada artinya juga kalau ada satu hal yang belum sehat.

Dalam hal ini Rasulullah pernah mengingatkan "Ingatlah bahwa dalam tubuh ini terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh badan. Apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ingatlah bahwa dia itu adalah hati. (HR Bukhori Muslim) Hati yang sehat berarti hati yang selalu taat dan tunduk pada aturan Allah, selalu rela dengan ketetapan Allah dan hati yang selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Allah padanya. Orang yang mempunyai hati yang sehat tak akan pernah merisaukan kekurangan yang ada pada dirinya, atau memimpikan kelebihan orang lain.

Nah, kalau semua kiat ini kamu lakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, rasanya memang tak akan salah lagi. Insya Allah kamu akan jadi orang yang cantik luar dalam. (Ina)

Disadur dari Majalah Permata 24/V Desember 1997

First Love Never Die



Share

Cerpen Cinta Pertama
-------------------------
Judul: First Love Never Die (Kisah Guruku)


Embun pagi masih merayapi batang daun yang hijau, matahari bersembunyi di balik awan. Namun aku sudah berdiri menatap langit yang masih putih. Hari ini terasa aneh bagiku, biasanya saat ini aku masih terlelap di atas kasur. Tapi karena mata tak bisa terpejam, memaksaku untuk mencari udara segar, menghilangkan rasa gelisah yang selalu menderaku.

Aku gelisah karena rindu. Rindu akan rumah, rindu pada keluarga di kampung, terutama rindu padanya. Aku kuliah di kota dan meninggalkan mereka di sana. Ingin sekali aku berjumpa dengannya. Dia yang telah mengisi relung hatiku selama tujuh tahun.

Di bawah pohon depan kost aku duduk santai sambil menikmati cuaca dingin di pagi hari. Di mana orang-orang masih enggan melepas mimpi indah, apalagi ini ‘kan baru pukul empat, mana ada yang terjaga sepertiku.
Dengan ditemani cappuccino hangat aku terhanyut dalam khayalan yang berisi kenanganku bersamanya. Orang yang pertama kali singgah di hatiku dan mungkin akan menjadi yang terakhir. Dia dua tahun lebih tua dariku. Kami bertemu saat aku masih duduk di bangku SMP. Kami selalu pulang bareng karena rumah kami berdekatan. Awalnya aku tak ada rasa dengannya, tapi karena kami sering berjumpa di rumah maupun di sekolah membuat rasa ini muncul. Kedekatan kami pun juga karena ayahnya adalah orang bawahan ayahku.

Waktu itu aku masuk ke SMA yang berbeda dengannya, namun setelah tiga bulan, aku tak betah. Kemudian ayahku menyuruh memasukkanku ke sekolah yang sama dengannya. Ia menjadi senang karena kami bisa satu sekolah lagi. Dan kami pun menjadi tambah dekat. Lalu lama-kelamaan hubunganku ini diketahui oleh ayahku. Dia sangat marah. Memang ayah tidak setuju kalau sampai aku menyukainya. Ketika mendengar kabar dari sekolah bahwa kami sering berduaan, ayah lalu menyuruh orang bayaran untuk memberi pelajaran padanya. Tapi hal itu tak membuat ia berhenti menemuiku. Kami pun bertemu secara diam-diam.

Suara gema adzan membawaku kembali ke alam nyata.
Huuh… Aku ingin sekali bertemu dengannya. Tapi kenapa ia tidak datang, padahal ia sudah janji akan datang Sabtu kemarin. Apa yang terjadi dengannya?

***

“Lyza… Lyza!” aku mendengar orang memanggilku.
“Yola…ada apa?” ternyata cewek tambun yang se-kost denganku datang dengan nafas terengah-engah.
“Lyz…eng…itu aku mau bilang..itu…Ibumu sakit!”
“Apa? Masak iya, tahu dari mana?” aku langsung terkejut mendengar Ibuku sakit.
“Dari kampung, ada yang menelponku. Ng…kita ke kampung sekarang!” perintahnya.
“Aneh, kok gak ada yang beritahu aku?”
“Udahlah, pokoknya kita ke kampung sekarang.” Tanpa menunggu jawabanku, Yola langsung menarikku pulang. Lalu kami pun bergegas ke kampung.

***

Setibanya di kampung, aku merasakan suatu keganjilan di rumah pacarku. Kenapa berdiri sebuah tenda biru? Kebetulan aku dan Yola lewat depan rumah pacarku dan melihatnya di depan teras. Sewaktu ia melihatku, ia langsung lari masuk ke dalam rumah. Hatiku bertanya-tanya kenapa ia aneh begitu.
Sebelum tiba di rumah aku bertemu dengan Ibu pacarku di jalan. Aku pun langsung bertanya padanya, ada acara apa di rumahnya. Ibunya langsung menceritakan semuanya dan tanpa disadari aku menangis. Tiba-tiba pacarku datang dari arah belakang. Dia meminta maaf kepadaku, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia juga bilang kalau ia sangat mencintaiku. Kemudian di depan kedua orang tuanya kami berpelukan dan sama-sama menangisi akhir dari kisah kami.

Sesampainya di rumah aku langsung marah-marah tak karuan. Kedua orang-tuaku heran melihatku bertingkah aneh seperti itu. Yola lalu memberitahu mereka kejadian yang memang sudah ia ketahui sebelumnya. Orang-tuaku pun menasehatiku untuk mencari pasangan yang lebih sepadan dan lebih setia. Aku sangat tidak bisa menerima keputusannya itu.

Aku kembali lagi ke kota setelah mengetahui ternyata Ibuku baik-baik saja. Semenjak itu aku menjadi bertambah aneh, emosiku sering tak terkendali, setiap melihat sesuatu yang tajam, durian misalnya, ingin sekali kutancapkan ke kepalaku. Teman-temanku pun merasa risih atas sikapku, karena setiap teman laki-laki mereka ke kost aku selalu memarah-marahi mereka tanpa sebab. Pernah teman-temanku mengikatku dengan selimut di kursi karna aku mengamuk dan ingin bunuh diri.

Suatu ketika ada seorang pria yang bekerja di rumah sakit jiwa di sekitar kost, dia teman dari salah satu temanku. Dia melihatku membentak-bentak temanku tanpa alasan, sikapku itu sudah dimaklumi teman-temanku yang lain. Dan ketika aku membanting pintu, ia terkejut dan bertanya ada apa dengan gadis yang menarik perhatiannya.
Setelah mengetahui apa masalahku, ia pun menemuiku. Aku marah dengan kehadirannya yang tanpa izin. Lalu pria itu menyembur mukaku dengan air, dia kira aku kesurupan. Tapi ketika ia salah paham, lantas ia tertawa. Kemudian ia menarik tanganku, mengajakku duduk di teras. Tiba-tiba saja aku mengeluarkan semua masalah yang membebani hatiku dan aku menangis sejadi-jadinya di depan orang yang baru kukenal. Setelah selesai bercerita, ia menyuruhku mandi bersihkan diri lalu mengajakku makan bakso di sekitar situ. Entah mengapa kalau berada di sampingnya hatiku tenang sekali dan kehadirannya itu membuatku melupakan segala masalahku.

Seminggu kemudian di mana aku sudah kembali normal, aku mendapat kabar kalau mantan pacarku akan segera menikah.

“Lho, Lyza kok gak dapat undangannya,” tanyaku pada Yola.
“Dia gak mau ngasih tahu kamu, Lyz. Takutnya kamu ngedrop lagi.” Namun Randi, pria yang minggu lalu menenangkanku malah mengajakku ke sana.
“Gak ah mas, malas bolak-balik ke sana.”
“Kenapa, takut? Katanya gak ada rasa lagi.” Karena itu aku terpaksa pergi pada esoknya ke pesta pernikahannya Dicky.

***

Di pesta pernikahannya itu, aku sudah bisa membiasakan hatiku untuk melepasnya. Saat aku bersalaman dengannya, ia menangis. Lalu ia melihat mas Randi dan menyuruhnya untuk menjagaku serta jangan pernah menyakitiku. Sebenarnya aku masih sangat mencintainya. Tapi kami tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya. Karena sesuatu yang membuatnya terpaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali.

Ayahku-lah yang sangat tidak menyukai hubungan kami. Waktu kak Dicky tak bisa menemuiku pada hari Sabtu, ayah menjumpainya dan keluarganya tanpa sepengetahuanku. Ayah memaki-makinya dan memarahi ayahnya. Ayah mengatakan kalau mereka tak pantas. Ayah sangat menghargai statusnya yang lebih tinggi dari ayahnya. Karena sakit hati orangtuanya lalu mencarikan jodoh yang lain untuknya.

Aku pun mengerti keadaan yang harus kuterima. Dan untuk melupakannya ku serahkan kembali semua yang pernah ia berikan padaku termasuk puisi-puisinya. Itulah mengapa istrinya heran dan bertanya kepadaku hadiah apa yang telah kuberikan kepadanya sehingga istrinya tidak boleh membukanya. Lalu masalah itu kuselesaikan dengan segera. Kutemui ia lalu menyuruhnya untuk memperlihatkan hadiah dariku pada istrinya.

“Untuk apa disembunyikan, lihatkanlah hadiah itu pada istri kakak biar dia tenang, adek gak mau ada masalah lagi di antara kita.” Dengan berat hati ia perlihatkan sebuah kotak musik, kalung dan sebagainya pada istrinya.
Semenjak itu aku jarang bertemu dengannya, tapi kami masih berkomunikasi seperti biasa dalam jarak jauh, hingga sekarang.

Kuntum Cintanya....



Share

Kuntum Cintanya....

"De'... de'... Selamat Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku. "Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.

Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resor di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.

Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. "Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...

To my luv, thank u 4 d best gift I ever have

Al Birru
emine_mm@maktoob.com

---------
sumber : eramuslim.com

Wanita yang Dipenuhi Rasa Cinta



Share

Wanita yang Dipenuhi Rasa Cinta  

Selalu, saya akan tenggelam dalam luasnya danau di keriput garis mata wanita itu; garis yang berkisah tentang kesabaran, perjuangan hidup, penderitaan dan pengorbanan serta maaf. Menelusuri peta yang ada di wajahnya, saya tak pernah tersesat dalam membaca atau mencari sebuah kota bernama: keikhlasan.

Kali ini, saya berusaha menyusun kepingan kesabaran dan danau maaf yang ada padanya dari sebuah drama kecil yang meluruhkan air mata saya pada akhir Februari 2003 lalu, di sebuah bangsal kelas II Rumah Sakit Umum Giriwono, Wonogiri.

Tubuh renta wanita itu melangkah ragu, mungkin beberapa bagian disebabkan perjalanan sekitar dua jam dengan memakai bus. Ia memang hampir selalu mabuk dalam perjalanan semacam itu kendati hanya dalam bilangan jam.

“Mbah...!” suaranya bergetar saat berada di ambang pintu. Nanap, ia menatap sesosok tubuh yang tergolek di atas tempat tidur dengan berbagai selang; infus, bantuan pernapasan, dan saluran pembuangan....

Laki-laki yang tergolek itu membalas tatapnya, menahan sejenak, lantas pelan-pelan dialihkan ke tempat lain. Ada sedu tertahan, sesak dalam dada.

“Bagaimana, Mbah?” kembali sapa wanita itu seraya mendekat dan meraba kening si lelaki. “Yang sakit bagian mana?” lanjutnya. Tangannya membelai kening lelaki itu dan turun ke telinganya.

Lelaki itu telah dua hari dirawat di rumah sakit karena penyakit stroke. Tubuh bagian kanannya lumpuh.

Lemah, tangan kiri si lelaki berusaha meraih tangan wanita itu, menggenggamnya lama, tetap dengan mata menghindari bertatap dengannya. Ada kepundan yang bergolak-golak di sana dan tangis yang enggan dipurnakan.

-----

Wanita itu tak lain adalah bekas istri dari lelaki yang kini tergolek tersebut. Lebih dua puluh tahun sudah keduanya berpisah.

Sangat sah bagi si wanita itu apabila ia membenci bekas suaminya. Begitu banyak luka menganga yang ditinggalkan lelaki itu dalam perjalanan hidup yang ia alami.

Sebelum resmi berpisah, suaminya menelantarkan dirinya berikut anak-anaknya. Suaminya lantas menikah dengan wanita lain, memenuhi istri mudanya dengan kekayaan dan kebahagian, sedangkan wanita ini terlunta-lunta memperjuangkan hidup yang ingin ia menangkan.

Ya, nyaris tak ada apa pun yang diberikan suaminya selain penderitaan. Ia bukan resmi dicerai di PA, karena itu ia masih menjadi istri jika sewaktu-waktu suaminya pulang atau bertandang. Selalu tak ada apa-apa yang di bawa lelaki itu selain perselisihan atau kekesalan pada istri mudanya dan si wanita akan menerimanya dengan sabar.

Tapi, selalu begitu, setelah ia kembali mengandung, suaminya akan segera pergi kembali pada istri mudanya, dan kembalilah ia berjuang terlunta-lunta dengan janin dalam kandungan. Tercatatlah, sembilan anak terlahir dari rahimnya, seorang di antaranya meninggal karena kekurangan air susu. Asinya tidak keluar oleh karena nyaris tak ada makanan layak yang ia konsumsi.

Di lain waktu, pernah selama beberapa minggu ia -berikut anak-anaknya-tidak makan nasi. Tidak ada beras tersisa. Kendati suaminya hidup berkecukupan bahkan boleh dibilang kaya, -- saat itu, suaminya menjabat kepala desa-ia tak hendak meminta, apalagi menuntut. Untuk bertahan hidup, ia dan anak-anaknya memakan daun-daunan yang direbus dengan campuran sedikit beras hasil utang. Jika waktu makan tiba, ia kumpulkan anak-anak, duduk melingkar memutari kuali tanah berisi bubur daun-daunan tersebut dengan masing-masing memegang satu piring. Lantas, pada piring masing-masing dituang bubur encer terebut. Sungguh jauh dari cukup, apalagi rasa kenyang. Sementara... suami dan istri mudanya sekaligus anak-anak mereka makan dengan kenyang dan berlebihan.

Jika malam tiba, gubuk reot yang ia huni itu penuh rebak dengan cerita. Wanita ini gemar sekali mendongeng untuk anak-anaknya; satu-satunya hiburan yang bisa ia berikan pada anak-anak. Dengan sebuah lentera kecil yang berkedip-kedip ditiup angin, ia mendongeng Timun Mas, Kepel, Lutung Kasarung, Roro Mendut-Pronocitro, Minakjinggo-Kenconowungu, dan sekian lagi dongeng yang ia kreasi sendiri. Anak-anaknya mendengarkan dengan mata berbinar-binar. Kadang-kadang pula ia mengajarkan tembang-tembang dolanan yang menjadi senandung riang pembawa semangat anak-anaknya. Sambil bercerita itu, tangannya tak henti bekerja, kadang-kadang sampai larut malam; menganyam tikar pandan pesanan tetangga, mengupas singkong, oncek dhele, prithil kacang, pipik jagung... pekerjaan-pekarjaan khas para petani yang darinya ia peroleh upah tak seberapa.

Lantas, sementara ia terus mendongeng, satu per satu anak-anaknya terlelap di atas tikar yang berlubang dan bertambal-tambal di sana-sini. Setelah anak-anaknya tertidur, serentak, wajahnya yang semula berbinar-binar tanpa duka itu meredup. Ia menatap anak-anaknya yang tidur dengan mulut menganga dan perut berkeriut. Napasnya cekat. Tanpa permisi, air mata berbondong-bondong keluar oleh tindihan rasa nelangsa. Ya... di saat yang sama, suami dan istri mudanya berikut anak-anak mereka terlelap di atas kasur dengan selimut hangat dan perut kekenyangan.

Baginya, duka itu adalah miliknya sendiri. Jangan sampai memberi anak linangan air mata. Jangan sampai ia berikan duka.

Dirinya masih harus merunut malam yang jauh. Dia tak berpikir akan bertahan hidup, tapi ia tak akan mengakhiri sendiri dengan bodoh; kendati sebenarnya itu pernah terlintas dalam benaknya.

“Saya tak percaya saya masih hidup sampai hari ini,” ujarnya bertahun-tahun setelah itu. Yang ada dalam pikirannya adalah 'hidup dan bertahan'. Ia harus menyelesaikan semua itu dengan cara-cara pahlawan.

Dengan menjadi buruh tani, ia terus mengais. Pekerjaan itu nyaris tak menjanjikan apa-apa. Tak jarang, ia bekerja di sawah suaminya sendiri sebagai buruh dengan upah yang tidak lebih besar dari buruh yang lain, bahkan cenderung lebih kecil. Entah, bagaimana ia mampu menjalani semua itu.

Lantas, satu per satu anaknya lulus sekolah. Yang pertama menyelesaikan SMP, yang kedua bertahan hanya sampai SD, sedangkan yang ketiga tak mampu menyelesaikan pendidikan terendah sekalipun kendati justru ia anak paling cerdas di antara anak-anaknya yang lain. Bersama, ketiga anak ini memutuskan merantau ke Jakarta. Tentu saja tak begitu ada harapan bekerja di tempat yang nyaman. Ketiganya... menjadi pembantu. Tapi, kendati sedikit, ketiganya mulai bisa mengirim uang untuk orang tua dan adik-adiknya.

Begitulah, wanita ini telah mengatur rupiah dengan begitu cermat. Ia bahkan tak menyentuh uang-uang kriiman itu, tapi kesemuanya digunakan untuk membiayai sekolah lima anaknya yang lain. Cukup ajaib, kelima anaknya tersebut berhasil menamatkan jenjang SLTA.

Hari-hari lesap ke bulan dan bulan tenggelam dalam tahun. Seperti hidupnya, waktu tidak berhenti berjalan. Satu per satu anaknya lulus, bekerja ... dan menikah. Biaya sekolah tidak melulu ditanggung anak pertama, tetapi selalu demikian... setiap ada yang lulus dan mulai bekerja, ia bertugas melanjutkan estafet amanah itu.

Lagi-lagi, keajaiban dan bukti bahwa Allah Mahakasih, empat dari anak-anaknya tersebut lulus tes menjadi pegawai negeri sipil, sebuah pekerjaan yang cukup bergengsi untuk ukuran daerahnya. Saat sekolah pun, rata-rata mereka mendapat beasiswa atau keringanan biaya sebagai kompensasi dari prestasi yang diraih... atau minimal menjadi juara kelas. Namanya pun menjadi legenda di masyarakatnya bahwa anak-anaknya maupun cucu-cucunya pasti cerdas dan sukses.

Bolehlah dikatakan begitu. Untuk ukuran orang seperti dirinya, tentulah apa yang ada sekarang ini merupakan sukses yang tidak terbilang. Masing-masing anaknya di Jakarta telah memiliki hunian yang layak -kendati kecil--, anak pertamanya malah berhasil masuk tes PNS di Mabes Polri kendati hanya dengan ijazah SMP. Anak-anaknya pun nyaris semua cukup disegani di lingkungannya, hal mana tidak demikian dengan anak-anak suaminya dari istri mudanya.

Tahun 2002, rumah yang ia huni yang dibangun anak-anaknya pada tahun 1988, ambruk. Kondisinya memang telah reot. Anak-anaknya bukan tidak tahu, tapi mereka tidak memperbaikinya dalam kurun yang cukup lama itu disebabkan mereka dilarang oleh sang ayah -suami dari wanita ini-untuk memperbaiki.

Laki-laki itu mungkin hatinya terbuat dari batu, tak juga bisa belajar dari kejadian-kejadian yang ia alami. Tahun 1988, saat anak terakhir dari istrinya berusia 10 tahun, ia kembali terpikat wanita lain; seorang janda muda dari kampung sebelah. Karena tak bisa menikah resmi, keduanya -entahlah, mungkin nikah di bawah tangan-tinggal serumah.

Kali ini, wanitanya tak 'sebaik' dan sesabar' dua istrinya terdahulu. Hartanya habis dalam bilangan tahun. Dan... empat tahun kemudian, jabatannya sebagai kepala desa berakhir.

Hidup dengan sisa-sisa kejayaan masa lalu, wanita muda ini tidak bertahan. Ia memilih pergi meninggalkan si lelaki yang kini tak lagi bisa mencukupi kebutuhannya.

Lantas, seperti roda... hidup berputar. Allah terus memperjalankan takdirnya yang tak terkata namun bagian dari hal paling tetap dan niscaya. Bukan karma. Lelaki ini menjalani hidupnya sendiri, menjadi buruh tani -karena sawahnya telah habis terjual-dan tinggal di kesunyian rumahnya: tanpa anak dan istri.

Sementara istrinya -si wanita ini-mulai merasai kebahagiaan dari hidup yang lebih layak, riang dipenuhi jeritan manja cucu-cucu dan rengekan mereka.

Maka, meradanglah si lelaki saat anak-anaknya berniat membangun sebuah rumah untuk ibunya karena rumah yang kemarin rubuh. Tak hanya fitnah, teror pun dilangsungkan. Anak-anaknya tak menyerah, tetap berusaha membangun rumah itu karena memang sudah tidak bisa ditunda lagi. Dulu mereka menahan-nahan niat tersebut selama bertahun-tahun, dan sekarang tak bisa lagi.

Tersebutlah, di suatu malam, si wanita -istrinya yang telah ditelantarkan itu-mendengar suara berisik ayam-ayam di kandang. Berjingkat, ia membuka pintu belakang rumah. Masih sempat sekilas ia melihat suaminya menaburkan sesuatu di sudut luar rumah. Kendati dalam remang, ia masih bisa mengenali bahwa sosok itu adalah suaminya.

Paginya, tiba-tiba ia lumpuh. Tubuhnya lemah dan tak bisa berdiri. Orang-orang menduga itu teluh. Setelah dirawat beberapa saat di RS, alhamdulillah ia sembuh.

Teror tak berhenti. Suaminya, secara terbuka, mendoakan agar kayu-kayu rumahnya keropos dimakan rayap. Dan doanya terkabul, tapi kali ini bukan pada rumah si wanita, melainkan rumahnya sendiri. Beberapa waktu kemudian ia mengancam akan membakar rumah itu, dan sekali lagi, rencana itu -kendati bukan dia-terlaksana. Juga bukan pada rumah si wanita, melainkan rumahnya sendiri. Karena lupa memadamkan api di tungku, rumah belakangnya terbakar.

Itu semua belum berakhir. Dalam kesendirian yang diliputi rasa dengki dan iri, ia mendoakan agar si wanita ini diserang penyakit. Dan lagi.... doanya terkabul, juga bukan untuk si wanita, tapi untuk dirinya sendiri. Tiba-tiba, orang-orang menemukan lelaki itu tak bisa bicara dan sebelah tubuhnya lumpuh. Ia terserang stroke untuk pertama kali yang sekaligus masuk dalam stadium kritis.

Anak-anaknya membawanya ke rumah sakit.

Dan... kejadian hari itu adalah bak sebuah drama nyata. Sebuah babak yang luar biasa indah saat si wanita -dengan langkah ragu dan bergetar, sebagian oleh sisa perjalanan yang membuatnya mabuk darat-menjenguk bekas suaminya yang tergolek di rumah sakit. Ada pancaran iba dan kasih yang tulus saat ia meraba, mengusap, dan bertanya tentang kabar dengan terbata-bata. Mesra sekali saat ia memijit kaki lelaki itu.

“Piye rasane, Mbah?” tanyanya dengan panggilan mesra. Mbah? Aduhai, nyaman sekali. Saat belum punya anak, ia memanggil lelaki ini dengan sebutan 'Kakang,' saat sudah punya anak dengan sebutan 'Pak', dan saat telah dianugerahi cucu demikian banyak, ia memanggilnya 'Mbah'

Gemetar, tangan kiri lelaki ini -karena tubuh bagian kanannya lumpuh-menggenggam tangan renta yang mengusap keningnya, seakan ia menikmati belaian lembut tersebut dan menahannya sesaat agar jangan terlalu cepat sirna. Kendati pandangannya dibuang ke sisi lain menghindari wajah -bekas-istrinya ini, ia tak bisa mengingkari ada lautan maaf dan cinta yang telah menggelombanginya.

Melihatnya, saya tak kuasa menahan isak. Seperti lelaki itu, tangis saya cekat di kerongkongan sementara air mata sudah berbondog-bondong menitik tanpa bisa dicegah lagi. Sesak sekali dada saya oleh rasa haru yang menekan-nekan.

Ya... melihat wanita ini, saya seperti tenggelam dalam laut kesabaran. Dan... dialah wanita tercantik yang pernah saya jumpai di dunia ini. Dia... tak lain adalah ibu saya.

Ya Allah... ampunilah dosanya, maafkanlah kesalahannya dan kasihilah dia sebagaimana ia mengasihi kami dalam suka dan duka.

Sakti Wibowo (abu_ahmadi at yahoo dot co do in)
Malam 1 Juni 03
Kenangan dan doa untuk Bundaku, orang paling berharga dalam hidupku.

(Tulisan ini terlah termuat dalam buku “Diari Kehidupan 1,” PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004)